RESUME 3 : MEMUPUK EKSISTENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA LITERASI BERSAMA Bpk.Dr. NGAINUN NAIM

        
        Ketertinggalanku menuliskan materi menulis online asuhan om Jay semalam tidak menyurutkan niatku untuk membuat blog pagi ini. Beberapa hari terakhir, banyak tugas dan kegiatan yang harus aku selesaikan karena semua menyangkut deadline. Tampaknya aku mulai dihinggapi virus cinta terhadap segala sesuatu yang berbau menulis. Aku berharap kebiasaan ini akan bersifat kontinyu dan konsisten dalam di sela-sela kegiatan rutinitasku. Sambil menikmati musik yang agak rancak bersemangat aku mulai menuliskan hasil materi dan diskusi yang aku dapatkan melalui grup Whatsapp kelas.
     Dr. Ngainum Naim, nama narasumber yang mendampingi kita untuk memberikan materinya. Beliau lahir di Tulungagung. Sekilas membaca kurikulum vitae beliau, aku memiliki gambaran bahwa Dr. Ngainun adalah seorang yang religius dan memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Banyak buku dan artikel karya beliau yang sarat dengan kandungan pemikiran luar biasa yang berhasil dipadukan antara pengetahuan politik, hukum, religi, lingkungan, hingga filosofi. 
          Untuk kesempatan kali ini, beliau ingin memberikan penekanan bahwa seorang guru sangat memegang peranan penting dalam kemajuan pendidikan. "Guru adalah kunci pendidikan," tutur beliau mengawali perkuliahan. "Jika seorang guru berkualitas maka kemungkinan besar kelas yang diajarkan juga akan berkualitas, begitu juga sebaliknya, jika guru kurang berkualitas maka kelaspun akan tidak sesuai dengan harapan" lanjut beliau menjelaskan. 
        Menurut beliau sisi kualitas seorang guru dapat dilihat dari kemampuannya untuk membangun budaya literasi. Literasi ini diartikan dengan budaya membaca dan menulis. Guru yang gemar membaca dan menulis memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Dengan banyak membaca maka akan semakin banyak karya yang dihasilkan. Tentu saja, hal ini akan membuat mereka memiliki kontribusi yang penting bagi kemajuan pendidikan.
         Kunci adalah alat untuk pembuka. Dalam kepenulisan, alat inilah yang akan menjadikan peserta produktif dalam menulis. Keterlibatan peserta dalam grup menulis diibaratkan sudah mendaoatkan kunci tersebut. Selanjutnya, peserta tinggal menggunakan kunci tersebut untuk dipraktikkan agar menjadi fungsional.      Ada beberapa KUNCI PENTING dalam MENULIS yang hendak beliau paparkan, antara lain sebagai berikut.
1. Motivasi
    Adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Beberapa jenis motivasi yang menjadikan seseorang bergabung dalam kegiatan kepenulisan, yaitu :
A. Motivasi Diri
    Profesi bisa memotivasi sesorang untuk menulis. Aktivitas menulis berkaitan erat dengan profesi, khususnya guru. Fakta, semakin lancar menulis akan     berimplikasi terhadap kelancaran pengembangan karir.
B. Motivasi Materi
    Menulis dapat menghasilkan honor. Seorang penulis yang telah terkenal akan  mendapatkan honor yang berlimpah. Penulis tersebut termasuk orang yang    beruntung karena bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun, jumlah mereka yang beruntung seperti ini tidaklah banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
C. Motivasi Politik
   Motivasi menulis juga bisa didasarkan pada tujuan untuk mencapai kepentingan politik tertentu.
D. Motivasi Cinta
  Seseorang melakukan aktivitas menulis dengan alasan karena mencintai aktivitas menulis.
Apapun motivasi yang mendasari seseorang untuk menulis akan mempengaruhi karya atau tulisan yang dihasilkan.
2. Keyakinan Diri
    Meyakini bahwa mau dan mampu menulis itu sebuah anugerah. Banyak orang yang mau menulis tetapi tidak mampu mengerjakannya dengan alasan kesibukan dan lainnya. Banyak juga yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk menulis namun tidak mau menulis. Wujud syukur atas keyakinan diri bahwa menulis itu suatu anugerah adalah dengan cara terus menulis, jelas beliau.
    Beliau memberikan ilustrasi bagi para peserta yang rata-rata lulusan S1, S2, dan bahkan S3. Secara logika, mereka sudah menulis ribuan kali. Apabila sekarang mengatakan tidak bisa menulis maka kemana hasil ribuan tulisan sebelumnya tersebut ? Alasan beliau masuk akal. Ketika menjadi mahasiswa, setiap semester pasti mendapat tugas membuat makalah. Jika dalam 1 semester menghasilkan 10 makalah maka dikalikan 10 halaman akan menjadi 100 halaman. Dikalikan 8 semester berarti sudah ada 800 halaman. Asumsinya 1000 halaman beserta dengan laporan KKN, magang, dan skripsi.
    Jumlah halaman tersebut akan terus bertambah seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan para peserta. Seorang S2 produk makalahnya akan bertambah setidaknya 500 halaman. Sehingga ketika lulus total tulisan yang dihasilkan 1.500 halaman. Belum lagi yang seorang lulusan S3, total hasil tulisannya akan mencapai bahkan lebih dari 2.500 halaman. Ini bisa dilihat dari laporan penelitian yang dihasilkan setiap tahun. Belum lagi ditambah dengan laporan pengabdian dan sebagainya.
    Beberapa alasan yang menjadi penyebab adanya kesulitan menulis meskipun telah menghasilkan karya yang sudah beribu-ribu halaman, antara lain :
1) Selama kuliah hanya menjadi anggota kelompok dan tidak pernah membuat makalah. Biasanya hanya menanggung biaya fotokopi saja.
2) Tidak menulis karena dibuatkan orang lain. 
3)Menulis dengan cara Kanibal atau mendapat bahan di Google dengan memotong dan menggabung semua bahan hingga layak menjadi tulisan.
4) Begitu mendapat tugas, langsung berburu referensi. Setelah mendapat beberapa referensi, segera dibuka, diketik, dan ditutup. Terakhir membuat kutipan "Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan.....".
    Sesungguhnya menulis itu membuat kita berbeda dengan teman-teman yang lain. Sesederhana apapun buku yang dihasilkan maka akan memberikan kontribusi. Mungkin akan dianggap kurang konstruktif namun selama kegiatan menulis tetap dilakukan maka kita akan menjadi berbeda dengan yang lain.
3. Menulis memberikan keajaiban dalam hidup
   Menulis banyak memberikan manfaat dalam kehiidupan. Beliau mengutip pesan dari om Jay, seorang blogger, youtuber, dan sekaligus guru dari para penulis yang mengatakan bahwa menulis dapat memberikan keajaiban dalam kehidupan. Keajaiban yang dirasakan oleh om Jay diantaranya:
a. Mendapatkan banyak materi, dengan rajin menulis akan memperoleh banyak royalti.
b. Sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
c. Memiliki banyak teman.
d. Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam hidup.
f.  Tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.
4. Tidak mudah menyerah
Banyak penulis yang memiliki semangat naik turun dalam menulis. Ketika mengikuti kegiatan menulis, semangat mereka berapi-api. Namun setelah selesai dan kembali pada kehidupan nyata, semangat menulisnya berkurang secara berangsur-angsur dan bahkan menghilang. Dalam kondisi bersemangat, menulis berlembar-lembarpun akan terasa ringan. Ketika tidak bersemangat, menulis satu paragraf akan terasa sangat berat. Bahkan berbulan-bulan tidak melakukan kegiatan menulis. Kegiatan menulis yang dilakukan meskipun pendek masih lebih baik daripada yang panjang namun dilakukan tiga bulan sekali.
5. Berjejaring
Seorang penulis disarankan untuk tidak menepi melainkan harus berinteraksi. Meskipun dalam kondisi wabah korona, penulis harus aktif membangun jejaring kepenulisan.
6. Menulis sebanyak-banyaknya
Menulis setiap hari tanpa henti dan dilakukan terus-menerus. Kegiatan ini akan bisa melatih tulisan kita yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik. 
            Semua kunci keberhasilan dalam penulisan telah dipaparkan oleh Bpk. Dr. Ngainun secara gamblang kepada kita. Selanjutnya, tinggal tekad dan langkah kita mau dan mampukah kita untuk menggunakan kunci tersebut dengan baik agar bisa bermanfaat sesuai dengan fungsinya. 
        Menurut saya pribadi, kemampuan menulis itu memang perlu dilatih. Tanpa memiliki bakat menulispun, seseorang dapat membuat suatu tulisan dengan baik asalkan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Namun dengan adanya bakat yang terpendam maka seseorang lebih cepat menguasai teknik kepenulisan dan memproduksi karya-karya yang luar biasa dibandingkan dengan orang lain yang awam.Bagaimana dengan Anda ???


Penulis : Heni Pristianingsih

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. setuju sekali..
    menulis itu harus dilatih
    menulis adalah anugrah
    kemauan dan kemampuan
    ada yang mau menulis tetapi tidak mampu..
    ada yang mampu tetapi tidak mau menulis..
    salam literasi....
    main ke blogku ya..ssbdok8.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar